Wednesday, April 22, 2015

Otak Menciptakan Allah Dalam Perjalanan Spiritual


otak manusia, gambar allah
Allah menciptakan otak dalam tubuh manusia, jika kau bertanya “Apakah otak yang menciptakan gambaran Allah?”
Dan orang-orang yang mendahalui kita pernah bercerita tentang perjalanan hidupnya. Merasakan tubuh melayang mendekati ambang kematian, bercerita ketika dirinya terkunci dalam pengalaman spiritual, suara hati terdalam dan cahaya-cahaya menyilaukan tak terjelaskan.
Seketika, ketakutan akan kematian lenyap begitu saja dan larut dalam kebahagiaan, kedamaian dan cahaya menyilaukan merupakan hal yang paling suci. Biasanya, keyakinan mengenal Allah berkembang dan muncul sebagai realitas yang lebih mendasar. Seakan-akan mendamingi kita memasuki gerbang surga pribadi.
“Aku bersama hambaKu apabila ia ingat kepadaKu dan kedua bibirnya bergerak (mengucapkan dzikir) kepadaKu”. (Hadits Abu Hurairah ra ditakhrij oleh Ibnu Majah)
Dirinya tersadar dan kembali kedalam tubuh dan larut dalam realitas biasa. Pengalaman hampir mati (khususnya bagi sebagian orang) tidak mengakibatkan kematian fisik, tetapi dirinya merasa dilahirkan kembali ketika ruh dan fikirannya terangkat. Situasi ini membawa gelombang emosi, keyakinan dan transformasi dalam perjalanannya.
Bentuk spiritualitas mistik Islam adalah tradisi sufi di mana seorang guru spiritual mentransmisikan disiplin spiritual kepada pengikutnya. Sufisme atau tasawuf didefinisikan penganutnya sebagai batin ataupun dimensi mistis Islam. Seorang praktisi tradisi ini umumnya dikenal sebagai seorang sufi dan dipercaya bahwa mereka berlatih untuk mencapai kesempurnaan ibadah seperti yang diungkapkan Jibril kepada Muhammad.
Menyembah dan melayani Allah sebagaimana engkau melihat-Nya, dan saat engkau melihat Dia,… sebenarnya Dia belum benar-benar melihatmu.
Ulama sufi klasik telah mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang bertujuan untuk perbaikan hati dan mengubahnya jauh dari yang lain selain Allah. Darqawi Ahmad ibn Ajiba mengatakan bahwa ilmu dapat mengetahui bagaimana perjalanan ke hadirat Ilahi, memurnikan seseorang dari kotoran, dan mempercantiknya dengan berbagai sifat terpuji.

Bagaimana Otak Menciptakan Gambaran Allah?

Dalam sebuah perjalanan yang dirasakan melewati tantangan psilogikal dapat menyebabkan perjalanan transenden menuju ketentraman hati, dimana dia menganggapnya sebagi surga atau bisa juga sebagai jurang dalam dirinya. Seorang imam, nabi, guru, dan mistik yang muncul tentunya akan menunjukkan sebuah jalan di alam bawah sadar untuk menemukan penyembuhan, kehidupan abadi, hati yang damai, dan penyatuan jiwa pada alam semesta.
Orang-orang terdahulu secara bertahap mengembangkan cerita tentang dasar-dasar kehidupan, diantaranya sosial, fisik, emosional, mental, dan eksistensi spiritual. Mereka menciptakan mitos ataupun keyakinan tentang penciptaan untuk memberi arti kehidupan sebenarnya. Mereka mengembangkan ritual, upacara, dan praktek untuk menyembuhkan tubuh dan pikiran, dan menenangkan kekuatan diluar kendali mereka. Pastinya hal ini memberikan pengalaman asal usul mereka serta suara, visi dan pengalaman yang sepertinya datang dari Kebesaran Allah.
Otak, secara langsung terprogram untuk melewati pengalaman mistik untuk mengubah ancaman realitas. Penjelasan dalam metafisik kemudian dikembangkan dan dalam langkah sering mengalami kejang mendadak dan tak tertahankan. Beberapa pengalaman tersebut lebih hebat daripada yang lain tergantung latar belakang budaya, tetapi semua berbagi pengalaman umum dengan mendefinisikan misteri hubungan antar manusia dan Allah. Fase ini disebut pengalaman puncak, seseorang yang memiliki semangat, pencerahan, peningkatan keyakinan agama, serasa memasuki alam surga, menemukan cahaya terang atau semua itu seperti halusinasi.
Pengalaman dalam perjalanan merupakan proses, persepsi subyektif, bukan realitas yang bisa dibuktikan secara obyektif. Tak lain hanya persepsi dengan emosi yang tinggi dan realisasi mendalam apa yang tampaknya menjadi kebenaran hakiki. Keabadian yang dirasakan hingga ketakutan akan kematian lenyap seketika.
Dalam hal tertentu, agama adalah reaksi terhadap apa yang sebenarnya kita jalani. Ketika kita mendalami agama, seketika jiwa berjuang mencari jalan yang benar. Dan faktanya, dengan penuh keyakinan bahwa Allah ada dalam psikofisiologi kita sendiri, Dia hidup dan menetap di dalam tubuh masing-masing manusia.
Agama adalah ekspresi dari sikap dan tindakan teologis, dimana dalam tradisi dikatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, dan Allah menciptakan manusia seperti apa yang digambarkanNya.
Allah menciptakan otak dalam tubuh manusia, jika kau bertanya “Apakah otak yang menciptakan gambaran Allah?” Allah mewujudkan semua itu dalam sebuah petunjuk, Dia mengungkapkan diriNya, atau mengkomunikasikan kebenaran kedalam pikiran manusia.
Pengalaman subjektif merupakan dasar mistisisme, spiritualitas Allah telah menyembunyikan manusia dimana dirinya tidak mengharapkan pemikiran itu, tapi mereka lebih melihat siapa dirinya sendiri. Unsur religius alam bawah sadar adalah universal, rasional dan sosial. Otak menghubungkan pandangan dimana nantinya tercipta kesenangan, perjalanan waktu, dan kebahagiaan bertemu sang Pencipta. Dalam hadist ditakhrij oleh Ibnu Majah, Abu Hurairah ra, bahwa Rasuulullah saw pernah bersabda:
“Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku ingat kepadanya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang banyak maka Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil”.
Feature image by ilmullah, Sufism by Wikipedia

No comments:

Post a Comment