Ilustrasi – Uap keluar dari puncak kubah lava yang terbentuk di Myōjin-shō ketika terjadi letusan bawah laut di gunung berapi Bayonnaise Rocks tahun 1952. (ist)
AL QURAN. Dulu semasa kecil saya selalu berfikir mengapa AL QURAN itu dikatakan mukjizat ALLAH untuk Nabi Muhammad SAW. Padahal hanya lembaran-lembaran kertas yang berisi tulisan Arab. Terlebih lagi dikatakan bahwa Al Quran itu mukjizat yang paling istimewa dibanding yang lain. Nah, sampai di sini saya semakin tak mengerti. Secara, apa manfaatnya? Lebih “keren” kan nabi Ibrahim As, dibakar tidak mempan. Nyata tuh, kelihatan. Juga Nabi Musa bisa membelah Lautan lalu berjalan di tengah-tengah lautan. Atau Nabi Isa yang bisa berbicara ketika masih bayi. Luar biasa bukan. Tapi kenapa hanya tulisan-tulisan Arab itu dikatakan mukjizat? Paling istimewa lagi!
Ketika Aisyah Ra ditanya oleh seorang sahabat mengenai akhlak Rasulullah, beliau mengatakan bahwa
akhlak Rasulullah itu Al Quran yang berjalan. Ada apakah dengan Al Quran? Kenapa Al-Quran menjadi perilaku? Seringkali saya jumpai, Al Quran hanya bacaan-bacaan ritual setiap habis Maghrib yang satu halaman saja saya baca sudah cukup melelahkan. Dibanding dengan bacaan lain, saya bisa menghabiskan berlembar-lembar halaman tulisan latin. Yah, apalagi jika sudah dilagukan, satu ayat saja menghabiskan waktu sekitar satu menit dengan diulang ulang. Kata tetuaku ngaji dulu, aturannya seperti itu kalau model qiroah. Lalu apa istimewanya bacaan yang melelahkan itu? Kenapa bisa dikatakan mukjizat? Paling istimewa lagi! Dan apa hubungannya dengan perilaku manusia?
Satu hal lagi, Al Quran yang setebal satu buku biasa membutuhkan waktu 22 tahun dalam penurunannya dari Lauh Mahfudz. Itu bukan waktu yang sebentar bukan. Umur saya sekarang saja baru kemarin genap 20 tahun. Itupun saya sudah tergolong “cukup dewasa”, sudah mengenyam perguruan tinggi dan sebentar lagi menikah, berkeluarga dan menghasilkan generasi lagi. Ah, sampai ke mana-mana. Padahal bagi seorang Penulis, satu bulan bisa menghasilkan setidaknya dua buku setebal itu. Paling tidak satu bulan satu buku setebal itu. Tapi kenapa ALLAH memberikan waktu lama sekadar menurunkan tulisan yang hanya setebal itu. Apakah generasi dahulu-sahabat- terlalu bodoh untuk menerima tulisan? Tentu TIDAK! Meski secara kultur tidak biasa dengan menulis, tapi generasi dahulu di Arab adalah seorang yang terkenal pandai membuat syair yang berkualitas. Dan pada kenyataannya generasi dahulu disebutkan generasi terbaik di dalam Al Quran itu sendiri (QS. 3:110). Lalu kenapa selama itu waktunya? Dan kenyataannya generasi sahabat adalah contoh peradaban yang ideal, baik secara sosial, maupun politik.
Akhirnya saya mendapatkan jawaban yang menarik dari pertanyaan saya selama ini. “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur angsur agarkamu membacakannya perlahan lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. 17:106). Kata “membacakannya”, ini bermakna mengajarkan kepada orang lain. Logikanya, ketika seseorang mengajarkan tentang sesuatu, seharusnya seseorang itu paham apa yang disampaikan. Lebih dari itu, Al Quran mengajarkan bahwa sebelum mengajarkan ke orang lain hendaknya kita juga berproses atau telah melakukannya. Seperti yang tertera di QS. As-Shaff ayat 3. Dari sinilah saya bisa menyimpulkan:
1. Generasi dahulu dituntut bukan sekadar menghafal, tapi juga memahami, mengamalkan, baru mengajarkan ke generasi yang lain. Sehingga Wahyu ALLAH benar-benar bisa dirasakan turun-temurun sampai ke umat terakhir. Generasi awal itu lah pondasi yang diharapkan sebagai penyokong agar “Panduan Hidup” sampai ke generasi terakhir.
2. Ternyata Al Quran itu tidak hanya sekadar informasi seperti buku-buku biasa. Tapi Ia adalah Firman ALLAH yang berisi hal-hal yang sangat dalam, penuh pencernaan yang lebih, mengandung bukan sekadar informasi sekarang ataupun sejarah, tapi juga informasi untuk masa depan. Berkaitan dengan alam, psikologi, teknologi dan banyak hal.
Kemukjizatan Al Quran sedikit sekali diungkap padahal sudah berabad-abad diturunkan, tapi keajaibannya muncul terus sampai sekarang. Seperti contoh:
“Dan laut yang di dalam tanahnya ada api” (qs. At Thur: 6). Terbukti secara ilmiah oleh para ahli geologi dan ilmu kelautan bahwa dasar semua samudera dipanasi oleh jutaan ton magma yang keluar dari perut bumi,”
Uap keluar dari puncak kubah lava yang terbentuk
di Myōjin-shō ketika terjadi letusan bawah laut
di gunung berapi Bayonnaise Rocks tahun 1952.
Begitu pun dengan ayat Al Quran “Aku bersumpah dengan bintang-bintang yang tak tampak”. Telah dibuktikan yang dimaksud Al Quran adalah Black hole. Black hole adalah planet yang ditandai dengan densitas yang tinggi dan gravitasi yang kuat, tempat zat dan semua bentuk energi termasuk cahaya tidak mungkin lepas dari perangkapnya. Disebut lubang hitam karena ia sangat gelap tak terlihat, dengan kecepatan geraknya diperkirakan mencapai 300 ribu km per detik.
Pengetahuan-pengetahuan semacam ini baru ditemukan setelah belasan abad wafatnya Rasulullah. Pantaslah pernyataan Abul Walid seorang petinggi Quraisy jawara sastra pada masa Nabi saw berkata kepada kaumnya setelah merayu Nabi untuk menghentikan dakwahnya: “Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah. Susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia, ia tinggi dan tak ada yang dapat mengatasinya.”
Jika kita perhatikan, banyak penemuan ilmiah yang disampaikan Al Quran. Bahkan ketetapan bahwa bumi itu bulat yang tertera secara tersirat di QS. Az Zumar. Pun dengan perilaku seseorang. Di Al Quran diajari etika ketika berhadapan dengan keluarga, pasangan, tetangga, rekan bisnis, bahkan musuh. Di atur akhlak yang baik, fair di kedua belah pihak.
Pada intinya Al Quran bukan sekadar bacaan-bacaan ritual Arab yang untuk dilantunkan. Meskipun dengan ritual itu sangat bisa menenangkan hati. Tapi lebih dari itu, Al Quran mengandung petunjuk hidup. Bahkan dalam 22 tahun pun sahabat tidak bisa membongkar semua isi Al Quran. Dan terbukti sampai sekarang masih mengalir petunjuk-NYA dalam Al Quran yang baru di temukan.
Al Quran memiliki 6.236 ayat (terdapat perbedaan pendapat ulama, tapi jumlahnya tidak terpaut banyak). Jika kita membaca, memahami, merenungi, menghafalkan, dan mengamalkan satu ayat saja dalam satu hari, insya ALLAH dalam waktu kurang dari 20 tahun kita menjadi “Al Quran berjalan”
“Faidza azamta, fatawakkal alallah”
No comments:
Post a Comment